I know what I saw.
Rasa sakit di hatinya semakin nyata. Tangannya yang beberapa jam lalu berhenti gemetar kini kembali lagi membawa setiap kepalan pada buku-buku jarinya. Hatinya teriris pilu melihat kedua insan di depan matanya terbaring bersama.
Suaminya, Lan Wangji.
Satu-satunya manusia yang paling dia percaya. Satu-satunya manusia yang sudah ia anggap seperti Surga, telah menghianatinya.
Segala kenyataan ini telah terlihat jelas di depan matanya. Dan kedatangannya ke negara ini pun tidaklah sia-sia.
Hanya saja, expetasi akan dirinya datang dan di sambut oleh sang suami benar-benar tidak terjadi. Rasa lelah dan cintanya yang ia bawa kemari seperti terbakar oleh panasnya rasa cemburu.
Apa yang telah Wei Wuxian lakukan sehingga Lan Wangji-nya tega mengkhianati dirinya?
Apa yang kurang pada dirinya sehingga Lan Wangji-nya berbaring memeluk tubuh orang lain ketimbang tubuhnya?
Apa yang belum pernah dia lakukan sehingga Lan Wangji-nya mendapatkan semua hal itu dari orang lain yang dikenalnya?
Dan apa, apakah Lan Wangji-nya bosan dengan dirinya? Apakah Lan Wangji-nya bosan dengan seorang pria?
Entah. Entahlah.
Semua terjadi begitu nyata dan seketika memberikannya luka. Terlalu dalam sehingga itu membuat kepalanya sedikit berdenyut ngilu. Membuatnya merasa mual.
“Hueek.. Mmhh..”
Suara itu spontan. Membuat kedua insan yang tadinya terbaring hangat di ranjang besar itu terbangun dan melihat sosok Wei Wuxian berdiri di hadapannya.
Masih memegang gagang Koper besar miliknya. Dan kini mencoba keluar dari pandangan mereka.
“WEI YING?!!!”
Teriak Lan Wangji begitu spontan. Membawa kesadarannya pada Wen Qing yang kini tengah terduduk di sebelahnya.
“Hashhhh!! Sial!”
Dia berdiri. Mencoba mengejar Wei Wuxian keseluruh arah ruangan.
“WEI YING?”
Dia terus mencari pada setiap tempat. Pada setiap sudut ruangan. Tapi sosok lelaki mungilnya tetap saja tak ia temukan.
Dia yakin.
Lan Wangji yakin bahwa saat ini Wei Wuxian telah meninggalkan rumah megah miliknya.
Ia mencoba kembali ke kamarnya. Mengambil ponsel miliknya dan mencoba men-dial kontak suaminya.
Nomor itu tersambung. Namun sosok di luar sana, yang kini sedang menangisi segala rasa kecewa enggan berbicara dengannya.
“Sayang, kamu mau kemana?”
Tanya Wen Qing sedikit khawatir melihat Lan Wangji yang saat ini sedang terburu-buru di depannya. Bahkan setiap pertanyaan darinya, tak ia dapatkan jawabannya.
“Lan Wangji! Aku tanya, kamu mau kemana?”
“Wei Ying!! Aku mau cari dia.”
“Apasih? Suami kamu palingan juga keluar bentar. Entar dia juga balik kesini lagi. Lagian dia kan gak ngerti jalanan Paris! Udahlah gak usah di peduliin.”
Kalimat itu tidak mendapat jawaban dari Lan Wangji. Dengan terburu-buru, Lan Wangji kini keluar dari rumahnya. Meninggalkan Wen Qing disana tanpa sebuah kata.
Next chapter ..