First meet.


Siang itu He Xuan dan Xie Lian telah datang di Mansion milik Hua Cheng. Perlahan He Xuan memperkenalkan Xie Lian sebagai Sekretaris barunya. Ia menjelaskan beberapa hal dan aturan untuk menjadi Sekretaris Bos Besar itu.


He Xuan : “Bos, dia Xie Lian. Sekretaris yang lu minta gua cariin.”

Hua Cheng : “Hm. Ok. Lo uda jelasin apa aja yang boleh dan gak boleh dia lakuin selagi dia jadi Secretary gue?”

He Xuan : “Udah sih, kemarin waktu ketemu. Tapi biar gua perjelas lagi disini, kali aja lu mau nambahin.”

Hanya di balas anggukan pelan oleh Hua Cheng.

Jujur saja. Sejak kedatangan Xie Lian beberapa menit lalu, Hua Cheng seperti terpanah. Dia seperti terpesona akan kehadiran Xie Lian.

Tapi Hua Cheng mampu menyembunyikan aura ‘terpana’ itu.


He Xuan : “Xie Lian, dia Hua Cheng bos kita. Dia orangnya gak suka basa-basi, suka orang yang ngelakuin apapun dengan cepat dan jujur, suka orang yang rapi dan wangi. Apapun yang dia butuhin, kamu harus ada dan nyiapin semua kebutuhan dia secepat mungkin. Jangan terlambat kalo dia minta dianter kemana pun. Apapun yang dia mau, kamu harus penuhin. Semua barang-barang dia, kamu harus tahu dimana letaknya dan dimana ngambilnya, nanti saya bantu kamu buat keliling dan jelasin beberapa hal lain lebih rinci. Intinya, Hua Cheng nomor satu, dan jangan sampai dia terluka sedikit pun. Karena selama saya sama dia, saya rela ngasih nyawa saya buat dia. Ok?”

Xie Lian tidak bisa mengingat semuanya, tentu saja. Hal itu sebenarnya sepele dan gampang jika orang itu sudah terbiasa melakukan segalanya. Tapi untuk Xie Lian, ini adalah kali pertamanya.

Xie Lian : “Iya. Saya paham.”

Disana, Hua Cheng hanya duduk memandang lurus ke depan. Ke arah dimana Xie Lian berdiri memperhatikan arahan dari He Xuan.


He Xuan : “Bro, sisanya bakalan gue jelasin ke dia pelan-pelan. Dia masih baru jadi mungkin gak semuanya dia inget.”

Hua Cheng : “Sip. Thank you. Buat hari ini mendingan lu ajarin dia. Gue mau keluar sebentar.”

He Xuan : “Kemana? Gua anter.”

Hua Cheng : “Ada urusan. 4 jam lagi gue balik.”

Setelah kalimat terakhir itu, Hua Cheng terburu-buru pergi. Menyisakan dua orang di ruangan itu.


He Xuan : “Xie Lian, tambahan lagi. Kalo kamu ngeliat Hua Cheng lagi ngga baik-baik aja. Kamu harus langsung pergi dari hadapan dia. Jangan ganggu dia, dia kalau ngamuk, serem.”

Xie Lian : “E-eh?? I-iya.”

Ah, dasar Xie Lian. Rasa gugupnya begitu besar setelah melihat Hua Cheng. Apalagi baru saja Hua Cheng berjalan keluar melewati dia. Ada sensasi gemetar, intimidasi dan rasa ingin melihat wajahnya. Tapi Xie Lian begitu ragu dan takut untuk melakukannya.