Gone
Hari semakin petang, langit berangsur menjadi gelap. Saat itu, Sanlang mulai bergegas menghampiri rumah Xie Lian secara diam-diam. Mengenakan stelan coat hitam tebal miliknya disertai dengan turtleneck hitam yang membuatnya tampak begitu ellegant. Menuruni satu demi satu anak tangga rumah mewahnya lalu masuk dan mengendarai mobil Audi hitam miliknya. Dengan sedikit tergesa-gesa ia mulai bergegas.
Pikiran penuh dengan kekacauan, jari jemari dengan erat menggenggam kemudi, berniat agar ia cepat sampai di tempat tujuan. Kaki menekan gas mobil begitu kencang, menyusuri jalanan luas tanpa seorang pun berlalu lalang.
Entah mengapa, Sanlang begitu intens menatap layar handphone yang kini ada dalam genggaman tangan kirinya. Mencoba untuk mengirim sebuah pesan pada seseorang dengan begitu seriusnya.
Lima belas menit mengemudi dengan kondisi jalanan yang begitu tenang, membuat Sanlang sedikit melajukan injakan gas-nya dan bergumam “Ah mumpung sepi, gas aja deh.” Batinnya.
Rintik demi rintik hujan terlihat jelas berjatuhan di atas kaca mobil miliknya, membuat Sanlang tidak bisa begitu memperhatikan pandangan di depannya. Sebentar menyipitkan mata sebentar melebarkan mata.
Entah mengapa, cuaca hari ini tidak seperti biasa. Tiba-tiba mendung tiba-tiba hujan. Seperti, akan ada sesuatu yang terjadi. Tapi entahlah, apapun yang akan terjadi biarkan saja terjadi. Sanlang hanya ingin fokus untuk mengawasi pujaan hatinya, Xie Lian.
”Ge, please jangan aneh-aneh. Feeling aku gak enak. Semoga aku bisa jaga kamu dari jauh.” Ucap Sanlang dalam hati, lirih.
Hingga kemudian ..
”Braaaaaaakkk ..” Suara keras terdengar di hamparan jalan yang luas. Hujan tampaknya membuat suasana lebih mencekam, bersamaan dengan langit mendung yang tak memberikan sedikit penerangan. Cuaca tak membuat orang lain menaruh simpati pada sebuah mobil yang kini mengeluarkan bau dan asap. Bau mesin, darah, dan air hujan menyatu dalam gelapnya malam. Tanpa orang tahu bahwa disana, di tempat itu, ada sebuah kecelakaan tunggal yang berakibat fatal.