Jadian.
HuaLian One-Shot; Inspired song by Junas Monkay – Jadian.
Joining MadAuthor Event with 'Mask and 'Song' as the prompts.
“Gege, hari ini pulang bareng aku, ya?”
Ponselnya bergetar. Memperlihatkan satu kontak nama di ponselnya bernama; San Lang.
“Um, okay. Tapi San Lang, jangan berduaan, ya?”
“Oh, Gege mau berbanyak?”
“Hehe iya. Aku uda janji sama Shi Qing Xuan buat pulang bareng juga tadi.”
“Oke gapapa. Kita bisa pulang bareng Qing Xuan juga. Kebetulan aku juga uda janji sama He Xuan buat pulang bareng.”
“Oh gitu? Okay! Nanti kalau San Lang keluar kelas duluan, tunggu di gerbang sekolah, ya?”
“Iya, Gege. Sampai ketemu di gerbang sekolah!”
GERBANG SEKOLAH.
“Eh, lu nanti kalo di tanyain Gege bilang aja lu mau pulang bareng sama gua, ya?”
“Serah lo dah anjay. Gue cuma buat alesan doang ya. Dasar lo.
He Xuan sama sekali tidak menentang atau protes akan ajakan Hua Cheng untuk pulang bersama. Sejujurnya, mereka berdua sama sekali tidak punya janji apapun. Itu hanya ulah kecil Hua Cheng yang ingin lebih dekat dengan Xie Lian.
“Eh btw, yang sering jajan di kantin sama Xie Lian, siapa sih? Tau gak lo?”
“Hmm? Idk.”
“Anjir lo.”
“Ya emang gak tau anjrit. Lagian, gua taunya cuma Gege.”
“Cih! Bucin tolol.”
“Utang lo yang kem—”
“IYA IYA OK FINE.”
Kalimat He Xuan itu hanya di balas, “HA HA HA” oleh Hua Cheng.
Tak lama, Xie Lian dan Shi Qing Xuan mulai terlihat mendekati gerbang sekolah.
“GEGE, DISINI.”
Hua Cheng melambaikan tangan kanannya, mencoba memberi isyarat pada Xie Lian bahwa dia sudah berada disana dan sedang menunggunya.
“Heh! Gak usah begitu lo, dia juga uda tau kali kita disini. Gerbang sekolah cuma satu.”
“Bodo amat suka-suka gua.”
Memang.
Xie Lian tidak mungkin tidak melihat Hua Cheng disana. Itu hanya Hua Cheng saja yang terlalu merasa excited setiap kali akan bertemu dengannya.
“Jadi, Gege .. Um, Gege bakalan ikutan Promp-Night Party, ngga?”
“Mmh, aku belum tau San Lang. Lagian, aku ngga punya baju yang bagus buat dateng ke acara itu.”
“Gege, Gege pakai baju apa aja juga bagus. Pada dasarnya, Gege uda cantik.. Eh, maksutnya .. Gege tampan. Gege mau make baju compang-camping pun dimata aku tetep bakalan terlihat kaya bukan manusia, tapi Dewa. Ha ha ha!”
Xie Lian mendengar pujian itu. Tapi dia hanya diam. Dia hanya tersipu malu di samping Hua Cheng.
“Eh, lo tau ngga kalau Gengnya si Qirong bakalan perform di Prompt-Night entar?”
Itu suara He Xuan yang tiba-tiba saja menyahut.
“Tau sih, tapi gak peduli.”
Yang barusan adalah Hua Cheng.
“Pasti seru ya, liat temen-temen pada perform gitu.”
Itu Xie Lian.
“Oh? Gege suka yang kaya gitu?”
Tiba-tiba saja Hua Cheng bertanya pada Xie Lian.
“Suka. Aku suka lihat acara-acara musik gitu.”
“Tapi ini Qirong. Gege suka lihat Qirong?”
He Xuan; “HA HA HA HA.”
He Xuan tahu betul pertanyaan Hua Cheng itu sangat ambigu.
Hua Cheng memberhentikan langkah kakinya. Dia yang sebelumnya berjalan berdampingan dengan Xie Lian, tiba-tiba mengarahkan dirinya tepat di hadapan Xie Lian.
“Gege, aku bisa jadi apapun yang Gege suka.”
Hanya Xie Lian yang tidak mengerti akan kalimat itu. Dia hanya bisa tersenyum bodoh dan berkata, “H-huh?” di hadapan Hua Cheng.
He Xuan dan Shi Qing Xuan yang melihat itu hanya bisa bergeleng-geleng kepala. Qing Xuan menyahut.
“Lian, ayo. Kita uda mau sampe. Gak usah di dengerin omongan San Lang-mu itu. Ayo pulang.”
Shi Qing Xuan dan Xie Lian adalah tetangga sebrang rumah. Mereka terbiasa pulang dan pergi ke sekolah bersama.
“San Lang, aku uda sampai. Duluan, ya. Kalian hati-hati di jalan.”
“Gege, nanti malem aku chat, ya? Boleh kan?”
“Chat aja. Kalau ngga aku bales jadi aku masih belajar.”
“Oke. Bye Gege.”
MALAM HARI.
Dering ponsel Xie Lian begitu berisik berbunyi. Tapi itu tidak akan mengganggu konsentrasi Xie Lian yang saat ini baru selesai menutup buku-nya.
Itu Hua Cheng.
“Gege, lagi ngapain?”
“Hai, San Lang. Baru selesai belajar nih. Mau tidur bentar lagi.”
“Yaah.. Padahal mau ngobrol sama Gege :((”
Ah, San Lang lucu banget. ; Ucap Xie Lian dalam hatinya.
“Iya, maaf ya. Besok lagi waktu di sekolah kita ngobrol. Kita istirahat ke kantin bareng, gimana?”
“Mmh, yauda gapapa. See you tomorrow, Gege ♥️”
Emoji hati itu semakin membuat Xie Lian tersenyum dan tersipu malu.
Ia menenggelamkan wajahnya pada bantal tidur empuk putih yang di genggamnya.
“Good night, San Lang 🥰”
Xie Lian tidak sadar bahwa dia juga membalas dengan emoji yang sangat lucu. Balasan itu ternyata juga membuat Hua Cheng tersipu senang. Membuatnya tidak bisa berkata-kata selain dia berbicara, “Anjrit anjrit anjrit!! Gegeee!! Arrgh gemes!! Suka banget sama dia! Arggh!!! Mau jadian!!”
Tapi tentu saja. Ungkapan itu tidak dia katakan pada Xie Lian. Itu sedikit memalukan, pikirnya.
Balasan terakhir Xie Lian sukses membuat Hua Cheng gila. Dia tidak sanggup lagi berfikir dan berkata-kata.
Saat ini, pikirannya hanya ingin berkata, “Selamat malam, Gege.” Tetapi, kalimat lain malah muncul dibenaknya.
Kalimat itu adalah;
“Gege, di langit ada banyak bintang tapi hanya ada satu bulan. Well, Tuhan ngga bakalan marah kalau aku ambil satu bintang buat nemenin Gege bobo. Good night, Gege! ♥️”
Xie Lian membacanya. Dia pun sama saja. Sama-sama tidak bisa berkata apa-apa. Hanya tersenyum sampai rahangnya mulai terasa pegal.
San Lang-nya itu benar-benar gombal dan nakal. Tapi, dia suka.
“Hehehe, San Lang bisa aja 😅 Tapi, makasih ya. Gn!”
Ah sungguh, jika He Xuan melihat ini dia pasti akan mengatakan dengan lantang di telinga Hua Cheng; “BUCIN TOLOL!!” atau mungkin juga; “Cih, najis!”
Yah, mungkin akan seperti itu reaksi He Xuan.
A PROMP-NIGHT.
“Duh anjir, nih gimana ya!!!”
Hua Cheng masih saja berjalan mondar mandir di depan He Xuan.
“Apaan sih lo? Berhenti kek, bikin gue pusing aja liat lo mondar mandir kek spg.”
“Diem lo.”
“Lagian kenapa dari tadi gelisah banget??”
“Nih masalahnya, ini pertama kalinya gua naik panggung. Demi Gege nih. Gua gak mau Gege terpesona sama Qirong makanya gua harus ikutan perform juga.”
“ANJRIT???? LO???? SUMPAH CHENG LO—??!”
He Xuan kaget. Dia sama sekali tidak tahu dan tidak menyangka bahwa Hua Cheng akan berkontribusi dalam acara malam ini.
“Apa?”
“Kaget jir! Lo gak ngasih tau gue lo bakalan ikutan kya gini.”
“Ck ah! Itu gak penting. Lagian ngapain juga gua ngasih tau lu.”
He Xuan tidak bisa berkata-kata lagi. Mungkin di pikirannya saat ini hanya begini; ”???????”
“Pantes aja lo sibuk mondar-mandir dari tadi.”
“Xuan, menurut lo gua cakep gak?”
“Hah?? HA HA HA HA b aja sih.”
Jawaban itu sangat memukau untuk Hua Cheng. Saking memukaunya, dia sampai melempari He Xuan dengan benda apapun yang ada di dekatnya.
THE NIGHT.
Acara itu begitu meriah. Semua murid dan guru terlihat hadir disana. Sorak sorai gembira serta warna-warni cahaya lampu diatas panggung terlihat begitu mewah dan megah.
Qirong baru saja turun dari panggung. Ia tampak berjalan menuju arah Xie Lian. Ketika Qirong hendak menyapa Xie Lian, tiba-tiba saja lampu panggung bersinar kembali. Menampakkan sosok lelaki tinggi besar dengan uraian rambut hitam legamnya yang semakin membuatnya terlihat mempesona. Semua murid dan guru seperti tersihir akan sosok tampan itu.
Oh, apakah XianLe School punya siswa seperti dia? Tentu saja, punya. Dia adalah; Hua Cheng.
Semua orang termasuk Xie Lian sangat terkesima akan kehadirannya di panggung itu. Dia adalah penampilan terakhir untuk acara malam ini dan semua orang terlihat sangat tidak sabar akan apa yang akan dia lakukan.
Hua Cheng berdiri di panggung itu. Memakai setelan merah-hitam warna favoritnya. Tubuhnya tinggi dan teramat sangat tampan. Kulitnya putih mulus seperti seolah-olah dia tidak hidup. Hua Cheng menggenakan sepatu boot hitamnya. Memakai dua accecories piercing di telinga kirinya. Sepuluh jari kuku-nya berwarna hitam yang dengan sengaja dia warnai hanya untuk acara malam ini. Dan yang lebih memukai lagi adalah; Hua Cheng juga menutupi wajah tampannya dengan sebuah topeng bercorak black-gold di sisi wajahnya.
Kemudian, musik dan sebuah lagu terdengar menggema di seluruh aula sekolah.
Aku suka dia, tapi ku tak tahu untuk, bilang kepadanya jika aku suka jatuh cinta kepadanya.
Dia cinta yang pertama. Dia yang bisa membuat aku, merasa deg-degan, berdebar di dada, diam saat mengingatnya.
Bulan tolong katakan bintang bantu bisikkan, kepada dirinya kalau aku mau jadi kekasihnya.
Aku yakin diriku, nanti pasti membuatnya, suka kepadaku, cinta kepadaku dan kita akan jadian.
Bulan tolong katakan, bintang, bantu bisikkan, keepada dirinya kalau aku mau jadi kekasihnya.
Itu adalah sebuah lagu yang Hua Cheng nyanyikan malam itu. Semua orang terlihat bahagia dan sangat menikmati. Lagu itu sangat manis seperti seseorang yang sedang jatuh cinta sedang menyatakan perasaannya.
Dan apakah itu artinya Hua Cheng sedang mengatakan cintanya pada Xie Lian?
Yah, tentu saja.
Sebelum Hua Cheng turun dari panggung besar itu, dia berkata pada seluruh manusia yang ada disana.
“Lagu barusan itu, lagu khusus yang aku nyanyikan buat kamu. Buat seseorang yang selama ini aku suka. Dia manis dan indah. Aku mau jadi kekasihnya.”
Dia berhenti sejenak dan kemudian turun dari panggung, berjalan menuju arah dimana Xie Lian berdiri sekarang.
“Gege, Xie Lian Gege, Aku suka Gege. Ayo jadian, jadi pacarku. Mau?”
Xie Lian sungguh teramat sangat kaget dibuatnya. Lelaki di depannya ini benar-benar gila. Di depan lebih dari seratus orang yang hadir disana, dia bisa bernyanyi begitu merdu dan menyatakan perasaannya dengan sangat lantang?
Xie Lian masih saja diam. Dia diam bukan karena ingin menolak, tapi justru ia malah menangis.
“Gege, jangan nangis. Lebih baik peluk aku, hm?”
Mendengar itu, Xie Lian benar-benar malu.
Semua orang yang melihat pemandangan itu juga ikut bersorak sangat berisik. Berharap Xie Lian menerima Hua Cheng secepatnya untuk menjadi kekasihnya.
Setelah beberapa menit berkaca-kaca, akhirnya Xie Lian dengan lembut berkata;
“Aku mau! Aku mau jadian! Aku mau jadian sama San Lang!”
FIN.