Jangan pergi.


tw // nsfw , mention of kissing , fwb , explicit content , rated 🔞


Kedua insan manusia itu telah sampai di sebuah tempat tidur. Kost Iyan tidak begitu besar tapi sangat nyaman. Yaaah, walaupun bulanannya memang sedikit mahal daripada kost milik Lan Wangji.


Wangji— Menidurkan Weiwuxian dengan hati-hati. Menempatkan kepalanya pada bantal empuk kesayangan Iyan.

Menatap lekat pada wajah sayu itu. Yang terlihat polos dan lelah.

Wangji yang kini tengah duduk di samping tempat tidur Iyan, hanya bisa terus menerus berkata dalam batin dan lamunannya.

Yan, gua gak tega liat lo kaya gini. Lo terlalu indah buat ada di tempat yang penuh dosa kaya gitu.”

Namun, suara lirih membangunkan Wangji dari lamunan seriusnya itu.

“Ji, kepala gue panas banget. Pusing, mau muntah.”

“Mau gua bikinin teh anget, hm? Biar enakan.”

“Engga, gak mau. Jangan kemana-mana, jangan pergi. Lo disini aja, ya?”

“Hm, gua disini. Gua temenin lo sampe besok.”

“Makasih ya, Ji. Lo selalu ada buat gue, maafin gue udah sering ngerepotin lo, daridulu.”

“Apasih Yan, gua suka kok direpotin sama lo.”

“Ji, gantiin gue baju.”

Deg.

Jantung Lan Wangji seakan berhenti. Kaget sekaligus bingung. “Gantiin gue baju” yang artinya dia akan membuka baju Iyan? Melihat tubuhnya telanjang? Untuk yang ketiga kalinya? Gila!


“Ji, ayo. Gue uda risih banget.”

Jantung Lan Wangji sedikit berdegup kencang. Ia mencoba menahan nafsunya yang sudah beberapa menit lalu muncul karena ucapan Iyan.

Namun apa daya? Tangan Wangji yang kini mulai membuka baju milik Weiwuxian malah membuat birahinya menguar.

Tiba-tiba saja,

“Ji, cium gue.”

“H-hah? Cium?”

“Cium bibir gue, please?”

“Tapi, yan. Lo harus isti—mmpph..”

Terlalu lama. Hingga Weiwuxian sendiri yang bergerak. Mencium bibir manis Lan Wangji dan, perlahan melumatnya.

“Mmpphh.. Enghh.. Jii, gue pengen.”

“Yan, lo mabok?”

“Gak tau. Gue cuma pengen di sentuh lo. Pengen dimainin lo. Pengen dimasukkin lo.”

“Tapi Yan ..”

“Lo gak mau?”

“Mau. Jujur gua nahan nafsu daritadi.”

“Yauda, lakuin. Telanjangin gue, masukin lubang gue.”

“Aah, Yan. Lo bikin batang gue keras.”

Weiwuxian hanya tersenyum tipis. Ia melingkarkan kedua tangannya pada leher Lan Wangji. Ia ciumnya bibir manis itu. Memainkan lidahnya dengan lincah. Beberapa kali terdengar decapan nafsu dari ciuman itu.

Tak lama. Iyan sudah terlihat polos tanpa busana.

Lidah saling bertaut. Tubuh saling menempel. Kini baik Iyan dan Wangji sudah tak lagi memakai apapun. Mereka telanjang bulat diatas kasur hangat dan di bawah lampu kamar yang baru saja sengaja dimatikan.

“Akh, Wangji.. Lebihh kerash ..”

“Yanhh .. Lubang lo sempit banget sih, hm?”

“Eegh, Lo sukah kannhh.”

“Suka, Yan. Apapun yang ada di diri lo, gua suka.”

“Yan, lo punya gua, ya?”

“Akh .. Engh .. Ahhh .. Iyaahh, punya lo. Gua punya lo.”

“Jii, gue gak tahan. Mau keluarh.”

“Sebentar, gua masihhh belomh.”

“Lebih dalemhh, pleaseeh.”

Tak kuasa menahan setiap erangan Iyan. Lan Wangji makin menjadi gila. Nafsu birahi nya makin memuncak dan membuatnya frustasi hebat.

Ia hentakkan dalam-dalam batang miliknya ke lubang merah milik kesayangannya. Membuat Iyan makin terengah-engah dan merengek manja.

“Jiihh, sakitthh. Pelanh-pelanhh.”

Rengek kesakitan itu Iyan ucapkan beberapa kali. Tapi Wangji, sebentar saja tak ingin berhenti.

Kali ini Wangji mencoba sesuatu yang baru. Apa yang baru saja ia bayangkan, ia lakukan.

Lubang merah yang kini penuh itu, tengah dimasuki sebuah jari. Batang dan jari tengah tangan sebelah kiri milik Wangji masuk secara bersamaan dan mendominasi. Sementara tangan kanan Wangji tengah sibuk mengocok batang mungil milik kesayangannya, Iyan.

“Akhh!! Jii, penuhh! Eunghh, sakith!”

“Ssttt, jangan keras-keras Yan ngedesahnya.”

“Ya soalnya sakithh! Pelan dikit, yahh?”

“Mau pelan? Bilang yang bener coba.”

“Enghh, kakh Wangjiihh, Pelanh-pelanhhh, ya? Sakith.”

“Shiitt.”

Wangji tak lagi bisa menahan gejolak hasrat dalam dadanya. Semakin memohon Iyan, semakin dalam hentakkan itu dibuatnya.

Terus dan terus saja ia lakukan hingga keduanya kehabisan tenaga. Malam itu berakhir begitu panas dan indah.

Tapi tetap saja, status mereka masih seorang teman.

Namun teman, tidak berciuman. Teman tidak merengek untuk sebuah kenikmatan.