Kiss.


Nyala lampu warna-warni serta music edm yang diputar saat ini begitu tidak asing. Wajah-wajah para manusia yang sedang berpesta dan mabuk sudah biasa Draken lihat setiap kali dia dan teman-temannya datang kemari.

Perlahan namun pasti, mengabaikan setiap dentuman keras dan melewati hiruk pikuk orang-orang yang sedang berpesta, Ia mulai memasuki dan mencari si kecil untuk dibawanya pulang.

Kedua mata Draken terus menerus bergerak memperhatikan setiap inci tempat untuk melihat Mikey kecilnya. “Dimana? batinnya.


5 menit. Waktu yang cukup lama bagi Draken untuk bisa melihat sosok kecil itu duduk di sebuah sofa hitam diujung lorong tepat di sebelah meja bar.

Sosok kecil itu memakai jaket hitam kesayangannya dengan model rambut blonde panjangnya. Manis! Cantik! Meskipun Draken hanya melihatnya dari jauh.

Dan kemudian, mulai mendekat ..

“Mikey, ayo pulang!” — Mikey hanya diam sembari mendongakkan wajahnya pada Draken.

“Gak! Gue gak mau! Lo ngapain sih kesini? Ganggu aja.”

“Ya gue kepikiran elo lah. Gak biasanya lo gini. Lo ke tempat ini biasanya cuma kalo ada acara sama anak-anak aja, Key!”

Mikey hanya diam. Dia belum mabuk, dia hanya ingin diam.

“Key, kalo ada masalah, cerita sama gua. Jangan gini! Gue khawatir.”

Mikey masih diam. Matanya menatap sloki yang berisi cairan vodca itu di genggamannya.

“Gue gak mau pulang! Minuman gue masih banyak!”

Kejadian begitu cepat di depannya. Botol berisi vodca itu disambar oleh tangan besar dan meneguknya sekaligus sampai habis. Yah, pelakunya adalah Draken.

Lelaki besar tampan itu menghabiskannya. Dia sudah terbiasa dengan minuman macam ini. Sebotol saja tidak akan membuatnya goyah.

“Uda abis! Sekarang lo pulang sama gua. Tinggalin motor lo disini, biar gue hubungin Mitsuya atau Baji buat ngambil.”

Draken menggenggam tangan kecil Mikey dan menariknya untuk segera bangkit dan keluar dari tempat bising ini. Namun Mikey menepis.

“Lepasin! Apaan sih, Ken? Lo gak perlu maksa gue deh. Mendingan lo aja yang pulang, gue masih pengen disini.”

“Lo kenapa sih? Lo marah sama gue? Coba jelasin Mikey!”

“Udahlah. Gue mau ke toilet!”

Si besar mengikutinya. Melewati lorong kecil yang sepi karena semua manusia saat ini sedang ada di lantai dansa. Tiba-tiba Draken menariknya, menekan tubuh mungil si kecil pada dinding lorong yang terlihat sedikit remang-remang.

“Mikey, pulang, Ya? Jangan kaya gini, Key. Lo kenapa sih, hm?”

Wajah mereka begitu dekat. Bahkan Mikey bisa merasakan hangat nafas lelaki besar yang ada begitu dekat dengan wajahnya. Sangat dekat.

“Gue gak tau, Ken. Gua ngga ngerti. Gue pengen marah rasanya tapi gak jelas kenapa. Lo ngerti gak sih? Di hati gue rasanya sesek tapi gue juga gak nemuin alasannya apa? Ken, gue bingung. Gue gak tau harus ngapain. Gue ngerasa gak suka tapi gak suka dalam arti apa gue gak ngerti. Gue—mmpph.”

Draken, menciumnya.

Awalnya hanya sebuah kecupan agar Mikey diam. Namun semakin lama ciuman itu mulai sedikit lebih intim.

Erangan kecil yang diberikan oleh Mikey membuat Draken sedikit berdebar dan melewati batas. — Teman tidak seharusnya berciuman.

Draken sedikit membuka bibirnya. Ia ingin tahu rasanya basah. Ini adalah kali pertama Draken mencium seseorang dan seseorang itu adalah Mikey, sahabatnya.

“Eungh.” — Erangan kecil yang diberikan Mikey membuat Draken merasa suka.

Kedua bibir itu akhirnya bertautan. Memejamkan kedua mata mereka sembari mendecap panas ciuman yang kini terasa basah. Gemuruh panas keduanya semakin gila.

Di lorong itu, dibawah remang-remang lampu. Tidak ada yang mengganggu. Keduanya menikmati pagutan itu hingga Draken mulai sadar.

“Mikey, sorry. Gue gak maksut apa-apa. Lo terlalu banyak ngomong. Sekarang, pulang sama gua ya?”

Mikey lagi-lagi diam. Dia masih tak menyangka ciuman pertamanya diambil oleh sahabatnya, Ryuguji Ken.

“Key? Maafin gue ya? Gue nyium bibir lo tiba-tiba.”

“Gue mau pulang!” — Akhirnya Mikey menjawab.

“Oke! Kita pulang sekarang, gua anter. Gak ada protes.”

Seketika tangan Draken menggenggam tangan si kecil dan membawanya pergi dari tempat berisik ini.

Tempat, dimana pagutan hangat itu pertama kalinya terjadi.