Pov; Shizui
Lelaki kecil mungil, putra bungsu keluarga Lan ini kian cemas. Operasi kali ini tidak seperti biasanya. Kali ini, terasa begitu lama. Lalu lalang setiap pasien, perawat, penjenguk seperti tidak ada artinya. Ramai tapi seperti kosong. Berisik tapi seperti sunyi.
Shizui, tidak bisa meninggalkan tempat dimana ia berdiri saat ini, walau sedetik. Khawatir, cemas, takut, jantung terus berdetak kencang membuat dirinya serasa ingin menangis. Tapi tidak, dia tidak akan menangis. Dia berjanji pada dirinya sendiri dan kakak keduanya untuk selalu tersenyum. Yah, setidaknya untuk saat ini.
Ujar dalam relung hatinya;
“Kak Wangji, kakak harus sembuh. Kakak harus kuat! Aku ngga tau apa yang ada di pikiran aku saat ini. Yang jelas, aku takut. Aku takut kakak pergi. Cukup kedua orang tua kita aja yang pergi, kakak jangan. Kalo kakak pergi juga, gimana aku sama kak Xichen? Kalo kak Xichen kerja, aku sendirian dong? Engga mau.”
“Kak Wangji, kakak pernah bilang kan kalo kakak mau nikah sama kak Weiying? Katanya kalo kakak nikah nanti, aku yang bakalan ngurusin semuanya. Kakak bilang, kakak bakalan selalu ada buat aku sampai aku tua? Tepatin janji itu ya? Aku mau liat kakak nikah, punya anak, aku pengen punya ponakan, aku pengen liat kak Wangji sama kak Xichen bahagia. Aku pengen kita bertiga bisa hidup lamaaaaaaaaaa banget. Kakak harus bangun, kakak harus kuat. Jangan terlalu lama di dalem ya kak? Aku nungguin, aku capek kak. Aku ngga tega.”
Isi hati seorang adik. Isi hati seorang lelaki muda yang begitu mengagumi kakaknya.
Dan semoga, Tuhan mendengar segala isi hatinyag.