Pov; Xichen

Entah bagaimana mengeluarkan segala isi hatinya dan segala yang di pikirkannya. Dia merasa, semuanya semakin menakutkan. Rasa kehilangan yang pernah dia dan kedua adiknya lalui dulu, seperti akan terulang. Entahlah, hanya itu kata hatinya yang terus terngiang-ngiang dalam pikirannya.

Dia dan Shizui saling adu pandang. Saling tersenyum seperti menguatkan.

Keduanya seperti sama-sama tahu bahwa waktu itu akan datang. Waktu dimana Tuhan akan mengambil satu lagi kebahagiaan.

Dia berujar, terisak. Duduk sedikit berjauhan dengan adiknya. Sengaja, menjauh.

Dan batinnya berkata;


Wangji, kamu harus kuat. Ini operasi ketiga yang terakhir. Kamu harus bisa ngelewatin masa-masa ini. Inget, kakak sama Shizui nunggu kamu. Inget, Weiwuxian tunangan kamu. Kalian mau nikah kan 2 bulan lagi? Please, kamu harus sadar dan bangun. Sehat dan sembuh! Bantu kakak jagain Shizui, bantu kakak jalanin hidup ini. Tanpa kamu, kakak bisa apa? Kamu yang selalu tenang, kamu yang selalu bisa mengerti kakak. Shizui masih muda, masih kecil, masih kaya bayi. Kamu janji sama kedua orang tua kita buat jagain Shizui bareng-bareng juga kan? Tepatin, ya?”

Inget kan, kamu juga katanya mau punya anak sama Weiwuxian. Kamu katanya mau jadi suami yang bisa selalu bahagiaan dia. Ayo dong, semangat! Jangan lemah. Ini uda lewat 2 jam operasi, Wangji. Kakak ngga tau di dalem kamu berjuang seperti apa, tapi please. Kamu bisa.”


Menggenggam kedua tangannya. Menundukkan kepalanya. Berdoa dan terus meminta agar adiknya bisa melewati segala rasa sakit yang dia rasa.

Sedikit menangis tapi tak apa. Semuanya akan baik-baik saja. — batinnya.