Pulang.


Rasa rindu dalam hatinya kian bergemuruh. Seperti mengatakan “ayo pulang.” Hua Cheng yang saat itu memang tengah merindukan bulannya berencana untuk menginjak gas mobilnya melaju lebih cepat.

Berkhayal dalam setiap menit waktunya apa yang akan ia lakukan saat kembali dan melihat kekasih cantiknya.

Parasnya, tubuhnya dan setiap affeksi yang diberikan oleh kekasihnya selalu membuat ia terlena. Cinta dan nafsu selalu tumbuh setiap malam pada saat keduanya bercengkerama.

Hua Cheng berkata,

“Kangen banget. Sampe rumah pengen gua pelukin tu anak.”

“Lucu banget. Selama ini gue terlalu over ngatur dia dan nyuruh dia seakan dia lonte. Tapi sebenernya, gua cinta banget sama dia.”

“Gua gak bisa liat dia deket sama yang lain. Cuma gua yang bisa nyakitin dia, selain gue jangan harap.”

“Kira-kira, Weiying lagi ngapain ya? Pengen gua kasih tau kalo gua uda otw pulang, tapi gak deh. Mau surprise. Dia pasti kaget dan komuknya pasti gemesin haha.”

Ih kamu kok tiba-tiba pulang aja sih?”

Kenapa ngga ngasih tau kalo mau pulang kantor? Tau gitu aku mandi kan biar seger?”

Sanlang gege, jangan gitu lagi aku kesel loh.”

Sanlang yang baru saja menirukan apa yang kira-kira akan dikatakan Weiying saat tahu dirinya tiba-tiba saja datang.

“Haha, dasar, Weiying. Gemes bener jadi orang. Beneran makin kangen. Bentar lagi sampe.”


Sementara disana. Di apartment minimalis itu tengah terengah-engah dua sosok lelaki dewasa yang sedang menjalin cinta.

Merasakan setiap nikmat dunia dengan saling menyentuh dan bergairah.

Tak tahu bahwa sebentar lagi akan ada sebuah bencana hati yang akan menghancurkan ketiganya.

Tbc.