Rasa dan Percaya.
Saat itu, Wei Wuxian tak lagi mampu menahan airmatanya. Getaran di dadanya terus saja menggebu seakan dirinya telah melakukan sesuatu yang dia sendiripun tak tahu.
Di sebuah tempat duduk sofa di dalam Waiting Room Airport itu ia terus saja mengingat-ingat suara yang baru saja di dengarnya. Suara itu ia yakini betul adalah suara Wen Qing. Sekertaris Lan Wangji yang selama setahun ini bekerja disana.
Wei Wuxian mengingatnya. Karena dia pernah beberapa kali bertemu dan berbicara dengannya.
Sosok yang cantik dan mempesona. Wanita yang sempurna yang bahkan tidak mungkin ada satupun pria yang akan menolak dirinya.
Wei Wuxian merasa sesak. Dadanya terasa nyeri. Mencoba mengalihkan pikirannya pada hal-hal bahagia yang selalu Wangji berikan padanya. Mencoba sebisa mungkin menjernihkan pikirannya.
Menggenggam erat buku-buku jarinya. Mengelus dadanya. Mengusap pelan perut kecilnya.
“Sayang, papi kamu namanya Lan Wangji. Dia pria yang baik. Dia segalanya buat kita. Kita harus percaya sama dia, ya? Semoga yang barusan itu tadi, itu salah. Itu cuma salah dengar. Papi kamu pasti ngga akan ngelakuin hal-hal kaya gitu. Kita harus tetep positive, Okay baby?”
Kesabaran hatinya dan rasa cintanya yang besar terhadap Lan Wangji seperti tidak mengizinkannya untuk percaya. Meskipun firasatnya tentang Lan Wangji selalu saja bener, tapi kali ini Wei Wuxian seperti ingin memberi kesempatan.
Kesempatan untuk dirinya sendiri membuktikan bahwa apa yang saat ini sedang bertaut di pikirannya adalah salah.
Penerbangan itu kini telah dibuka. Semua awak kabin sudah siap untuk segera Take Off.
Wei Wuxian seperti maju-mundur ragu akan kepergiannya. Dia ragu, dia takut, dia masih gemetar. Tetapi, rasa rindu pada suaminya lebih besar dari segalanya.
Ia pun memutuskan untuk tetap pergi kesana dan ingin segera memeluk suaminya.
Next chapter ..