Reasons.


Wei Wuxian lagi-lagi terisak. Terpukul akan kenyataan yang sedang ia hadapi saat ini.

Suaminya, Lan Wangji, kecintaannya telah mendua. Membiarkan dirinya berjuang sendiri tanpa dia disisinya.

Hari ini, hari dimana dia teramat sangat membutuhkan Lan Wangji, Wangji pun tidak hadir untuknya.

Hari ini, tepat saat dia datang ke Paris. Dia kehilangan bayinya. Rasa sakit macam apa yang Tuhan beri untuknya?

Rasa rindu dan cinta yang begitu besar dibalas dengan sebuah penghianatan dan kehilangan.

Rasa sakit dan luka itu telah menikam jantungnya. Semua hal-hal indah telah menjadi buram hingga tak bisa lagi dia rasa.

Dia mengingat kembali saat dirinya hendak berangkat ke Paris.

Delay pesawat membuat dirinya lelah. Kram di perutnya sudah mulai dia rasa saat itu.

Lalu, saat dia datang ke Paris, dia berjalan cukup lama dan jauh hanya untuk mencari sebuah Flat murah.

Belum lagi hatinya yang saat itu terluka. Membuat fokus pikirannya terbelah. Membuat kepalanya berdenyut ngilu saat itu.

Dan pada akhirnya, keletihannya itulah yang membuat bayi-nya pun lemah.

Dan terakhir adalah, di saat-saat terakhir Wei Wuxian mencoba mempertahankan kandungannya, tidak ada satupun manusia yang datang menolongnya.

Bahkan suaminya, Lan Wangji, malah tertidur pulas bersama kekasih gelapnya.

Sungguh. Dunia begitu kejam menghukumnya.

Sungguh. Semesta seperti perlahan menghancurkannya.

Ia tak lagi punyai rasa.

Dia benci.

Dia membenci segalanya.

Paris.

Negara ini bukan lagi negara Romantis.

Dia mulai membenci Paris. Dia mulai membenci Lan Wangji, dia mulai muak dengan hidupnya saat ini.

Dia ingin pulang.

Dia ingin pergi.

Dia ingin sendiri.

Dia .. Ingin ..

Tbc.