SAVE ME.

tw // poison, preg!xian, kidnapping, heavy-angst, hurt!wwx, hurt-comfort, depression, happy ending.


author's note; this is my first entry of MadAuthor Event. The story based on my recent-on going AU. Please bear with me.


Saat mengetahui bahwa Wei Wuxian sedang mengandung anak Lan Wangji, Wen Qing sangat marah. Hatinya seperti terbakar oleh setiap kalimat yang baru saja ia dengar dari mulut Lan Wangji, tunangannya.

“Kamu tau kan Wei Ying suami aku. Dia ada sebelum kamu. Dan sekarang dia hamil. Gimana aku gak seneng? Kita harus pulang. Aku akan kelarin semua urusan aku di Paris.”

Kalimat itulah yang kini perlahan menggerogoti hatinya.

Siapa Wei Wuxian yang berani mengambil miliknya?

Siapa Wei Wuxian yang berani mengandung seorang anak yang akan membuat Lan Wangji-nya berpaling darinya?

Wen Qing mulai benci. Dia harus melakukan sesuatu sebelum Lan Wangji mulai mengabaikan dia lagi.


Lan Wangji pernah mengabaikan Wen Qing beberapa kali. Dan alasan dia melakukan itu adalah suaminya; Wei Wuxian.

Saat itu Wei Wuxian terjatuh dari tangga. Dia terluka dan menelfon Lan Wangji untuk datang menolongnya. Bagaimana bisa seorang Lan Wangji mengabaikan itu?! Dia tidak akan mungkin melakukannya. Dia bergegas pulang meninggalkan Wen Qing saat itu juga.

Hal lain terjadi lagi.

Saat Wen Qing sedang menikmati liburannya ke Itali bersama Lan Wangji, Wei Wuxian mengabari bahwa dirinya sedang terkena flu. Ya, hanya flu. Hal seperti itu pun sanggup membuat Lan Wangji seketika membeli tiket untuk pulang dan mengabaikan Wen Qing yang saat itu sedang sendu-sendunya ingin memadu kasih.

Terlihat jelas bahwa Lan Wangji tidak akan pernah bisa mengabaikan Wei Wuxian sekali pun ia sedang bersama wanita lain.


Kemarahan dan iri hati Wen Qing seperti sedang di dukung oleh semesta. Dia berencana untuk menemui Wei Wuxian dengan alasan memberikan ucapan selamat atas kehamilannya, dan akan memberikan dia sesuatu yang jelas dia pun tahu Wei Wuxian akan sangat menyukainya.

Ia bergegas pergi.

Dalam perjalanan menuju rumah Wei Wuxian, Wen Qing menghubungi seseorang.

“Oke. Aku mau mastiin dulu dia ngga lagi sama Lan Wangji. Aku lagi otw ke rumahnya.”

“Oke! Kabarin aja kalau uda beres.”

Wen Qing menutup ponselnya.


Bel rumah Wei Wuxian 2 kali telah berbunyi.

Buru-buru Wei Wuxian membukan pintu. Ia tahu itu bukan Lan Wangji, karena saat ini Lan Wangji sedang tidak berada dirumah bersamanya. Lan Wangji baru saja keluar mengurus pekerjaannya.

Jadi, siapa?

“Oh, Wen Qing?”

Wei Wuxian sedikit kaget tapi masih biasa saja.

“Hai?! Boleh masuk?”

“Oh boleh, masuk aja. Tapi Lan Zhan ngga ada di rumah. Dia baru aja pergi.”

“Iya, aku tau. Pak Wangji ada meeting sama client.”

Wen Qing sangat manipulative.

“Hm. Terus kenapa kamu kesini? Bukannya harusnya nemenin dia? Kamu sekertarisnya.”

“Engga. Aku kesini bentar aja kok.”

Mereka berbicara sambil berjalan menuju ruang tamu.

“Anyway, congrats and i'am happy for you, Wei Wuxian.”

“Selamat ya bakalan jadi daddy. Sehat terus buat bayi sama daddy-nya.”

Wei Wuxian hanya tersenyum. Dia sama sekali tidak mengerti akan arti sebenarnya dari kalimat itu.

“Thank you, Wen Qing.”

Wen Qing memberikan bingkisan kecil yang telah dia siapkan untuk Wei Wuxian.

“Nih. Aku beli cake kesukaan kamu. Tadinya mau beliin makanan kesukaan kamu yang pedes itu, tapi orang hamil gak boleh makan pedes, kan? So, ini aja.”

Wei Wuxian terkesima.

“Wow. What's this? Kayaknya beneran manis dan enak.”

“Coba gih.”

Wei Wuxian mencobanya. Hanya 3 sendok suap cake yang baru saja ia telan sudah membuatnya mual.

“Mmhh.. Kok, mual ya?”

“Mungkin karena bayi-nya? Atau mungkin cake-nya gak enak ya?”

Wen Qing sungguh sangat pandai berpura-pura.

Tak lama setelah itu, Wei Wuxian merasa mengantuk. Matanya berat dan kemudian tertidur di sofa, di depan Wen Qing.

Wen Qing memastikannya. Dia mencoba memanggil Wei Wuxian tapi tidak ada jawaban.

Wen Qing segera menghubungi seseorang itu.

“Well, uda sesuai rencana. Kamu bisa masuk.”

“Oke, aku masuk sekarang.”


Wei Wuxian merasa gerah. Ruangan itu begitu engap dan sepi. Ada banyak debu-debu terlihat jelas di sekitarnya. Rasa mualnya masih terasa. Kepalanya pun masih terasa berat. Tetapi ia paksakan dirinya untuk sadar.

“Dimana?”

“Sepi banget?”

“Asing.”

Dia mencoba mengingat kembali apa yang sebelumnya terjadi.

Dia ingat saat itu dia sedang berada di ruang tamu rumahnya bersama Wen Qing.

Dia ingat hal terakhir yang dia lakukan sebelum berada disini adalah memakan kue pemberian Wen Qing.

Lalu, semuanya menjadi gelap.

Dan sekarang dia berada di tempat sempit ini.

Sebuah gudang kecil yang engap dan sedikit gelap.

Tak lama setelah itu, keluar dua orang yang sangat dikenalnya.

“Uda bangun, ya?”

Itu Wen Qing.

Wei Wuxian teramat sangat tak menduga bahwa Wen Qing berada disana.

“Wen Qing?”

“HAHAHA! Yea, it's me. Wei Wuxian, kue yang tadi, enak ngga? Mau lagi?”

Wen Qing sedikit sarkas. Tawanya telah menjelaskan segalanya.

“Jadi.. Kamu sengaja? Buat apa semua ini?”

“Hmm.. Sebenernya aku ngga mau sih kaya gini. Nyulik seseorang kaya gini, apalagi orang itu kamu, jelas ngerepotin banget. Tapi ya, aku harus ngelakuin itu.”

“Iya tapi kenapa?”

“Kenapa? Hmm ..”

Wen Qing berkata sangat santai di depan Wei Wuxian.

“Gila! Wanita gila kamu, Wen Qing!”

“Terserah!!”

“Aku bisa lebih gila lagi kalau sampai Lan Wangji ninggalin aku demi kamu!!”

Wen Qing mencengkeram dagu Wei Wuxian.

“Selama aku hidup, Lan Wangji harus jadi milik aku! Bukan milik orang lain apalagi kamu. Cih!”

Di ujung pintu sana. Masih berdiri satu orang yang sepertinya sudah geram melihat tingkah laku Wen Qing.

“Wen Qing? Uda bisa di mulai ngga sih? Aku ngga sabar pengen nikmatin tubuh lelaki hamil. HAHAHAHA!!”

Itu, Wen Rouhan.

Wen Qing menghela napasnya dalam-dalam.

“Sure! Do it now! Lebih cepat lebih baik.”

Kemudian Wen Qing keluar dari gudang sempit itu.


Lan Wangji merasa sangat khawatir. Wei Wuxian sama sekali tidak menjawab panggilan telephone-nya. Semua spam chat-nya juga tidak mendapat jawaban dari Wei Wuxian.

Well, Lan Wangji memang selalu khawatir dengan Wei Wuxian. Tapi, kekhawatirannya saat ini jauh lebih besar karena Wei Wuxian sedang mengandung anaknya.

Mengingat bahwa usia kandungan Wei Wuxian masih sangat muda, dia tidak ingin hal-hal buruk terjadi pada Wei Wuxian. Dan meskipun Lan Wangji mempunya hubungan dengan Wen Qing, bagaimana pun juga Lan Wangji akan tetap memilih Wei Wuxian.

Lan Wangji sesegara mungkin kembali pulang. Ia ingin memastikan bahwa cintanya baik-baik saja.


Sesampainya Lan Wangji di rumah, dia sama sekali tidak melihat suaminya.

Dia telah memanggil dan mencari di semua ruangan, tetap saja kesayangannya itu tidak ia temukan.


Ponselnya berbunyi. Memperlihatkan contact name itu dan ternyata yang menghubunginya adalah Lan Wangji.

Wen Qing sedikit gemetar. Tangannya dingin. Ia bingung bagaimana harus menjawab panggilan itu.

Ia mencoba tenang. Menghela napas panjang lalu berbicara.

“Iya, sayang?”

“Kamu dimana?”

“Aku? Mm .. Aku di .. Di luar. Kenapa?”

Lan Wangji masih biasa saja.

“Aku dirumah, tapi Wei Ying ngga ada.”

“Oh?? Mmm .. Mungkin dia mandi? Atau pergi keluar gitu?”

“Ngga mungkin. Dia pasti ngabarin aku. Dia lagi hamil Wen Qing.”

“Ya ampun biasa aja dong, sayang. Tunggu aja entar juga dia nongol ih. Khawatir banget.”

“Jelas aku khawatir. Kalo bisa kamu cepet dateng kesini ya, bantu aku ca—”

Lan Wangji seketika diam. Dia seperti mendengar suara Wei Wuxian. Memang samar, tapi dia sangat yakin itu adalah suara lelakinya.

“Itu siapa?”

Wen Qing panik.

“Wen Qing jawab aku itu siapa?”

“Hah? Apasih? Aku lagi di luar, itu suara orang lah.”

“Jangan bohong! Itu kaya suara Wei Ying.”

“Hahaha no, bukan. Ya udah aku lagi mau pulang nih, uda dulu ya. Bye!”

Wen Qing benar-benar memutuskan panggilannya.

Jantungnya seperti tergelincir parah. Bergetar ketakutan akan dosa-dosanya.

Suara Lan Wangji yang baru saja menelponnya seperti menyadarkan dirinya bahwa kelakuannya sangat-sangat tidak normal dan salah.

Bagaimana mungkin dia bisa melakukan semua ini?

Dia membuat orang lain yang dia benci sangat menderita.

Bahkan, dia membiarkan sepupunya; Wen Rouhan menyetubuhi Wei Wuxian.

Bagaimana jika Lan Wangji tahu?

Bagaimana jika Wei Wuxian malah berakhir mati akan hal ini?

Pasalnya, tidak semua orang akan baik-baik saja ketika mereka telah diperkosa.

Apalagi, Wei Wuxian sedang mengandung.


Dia sudah terkulai lemah. Tubuhnya kini ringkih. Gemetar hebat masih saja ia rasakan. Tubuhnya, satu-satunya yang selalu ia jaga. Kesukaan Lan Wangji, kini telah ternoda.

Tidak hanya tubuh dinginnya yang sakit. Tapi juga hatinya.

Apa yang sudah ia perbuat sebenarnya? Dosa apa yang pernah ia lakukan sehingga dia mendapat hukuman sedahsyat ini.

Dia tak sanggup lagi berdiri. Jangan kan berdiri, berbicara saja dia tidak bisa.

Sentuhan-sentuhan kasar yang ia dapatkan dari Wen Rouhan membuat seluruh tubuhnya memar. Rasa sakit di pinggangnya, pangkal pahanya, dan juga lubangnya sangatlah nyata.

Mereka merusaknya. Mereka merusak milik Lan Wangjinya.

Wei Wuxian menangis. Dia tersipu dan tubuhnya melemah. Yang ada di pikirannya saat ini hanya; Tolong dan Lan Zhan.


Wen Qing kembali masuk ke dalam gudang engap itu.

Hatinya teramat sangat sakit melihat lelaki lemah yang sedang menangis di ujung sana.

Ia ikut terpukul melihat air mata Wei Wuxian meniti seperti meminta ampun pada siapapun yang berada disana. Tapi, sebaliknya, Wen Qing lah orang yang berada disana. Namun dia tidak menolongnya, malah dia membiarkan hal kotor itu terjadi dengan sengaja.

Wen Qing melihat tubuh Wei Wuxian yang masih telanjang. Dia seperti jalang. Tapi, siapa disini yang jalang sebenarnya??

Bukan.

Bukan Wei Wuxian yang seperti jalang tapi dirinya sendirilah yang melebihi jalang itu sendiri.


Apapun yang di rasakan oleh Lan Wangji tentang Wei Wuxian akan selalu benar.

Dia percaya bahwa suara yang baru di dengarnya saat dia berbicara dengan Wen Qing adalah suara suaminya.

Tapi kenapa merintih?

Kenapa suara itu seperti seseorang yang sedang terluka? Seperti seseorang yang merintih meminta pertolongan?

Dan lagi, Lan Wangji ingat bahwa Wei Wuxian saat ini tidak tahu dimana keberadaannya.

Hal itu membuatnya semakin percaya bahwa suara tadi adalah suara Wei Wuxian.

Lan Wangji bukanlah lelaki bodoh yang akan diam saja tanpa mencari tahu segalanya.

Segera, ia mencoba untuk melacak keberadaan Wen Qing menggunakan nomor ponselnya.

Dan tidak begitu lama. Dia tahu dimana sekarang Wen Qing berada.


“Kenapa? Kenapa kamu ngelakuin ini, Wen Qing?”

Rintih Wei Wuxian bertanya pada Wen Qing yang saat ini hanya sendu menatapnya.

Wen Qing tidak mampu menjawab itu.

“Wen Qing.”

Kali ini suara itu datang dari sepupu brengseknya.

“Ini pertama kalinya aku nge-rape orang hamil. Dan dia laki-laki. Hahaha, jadi gini ya rasanya.”

Wen Qing merasa muak. Sepupunya itu memang sedikit brengsek, dia tahu. Tapi sama saja dengan dirinya, Wen Qing pun jauh lebih brengsek karena dia sendirilah yang merencanakan semua ini.

“Awalnya gak yakin sih cowok bakalan seenak cewek. Tapi setelah masukin lubangnya, ternyata dia enak juga. Apalagi dia nangis-nangis tadi HAHAHA enak banget. Pantes Lan Wangji suka.”

Wei Wuxian rasanya ingin mati saat itu juga. Jika saja bisa, dia akan melakukannya.

Dia hanya takut Lan Wangji akan marah. Dia takut Lan Wangji akan sangat kecewa melihat dirinya seperti ini.

Dia tidak bisa menjaga dirinya. Dia tidak bisa menjaga bayi-nya.

Air matanya terus saja mengalir membasahi pipi lebamnya.

Sekali lagi ia coba untuk berdiri. Mengangkat tubuhnya perlahan tapi tetap saja, ia terduduk lagi.

Dia terisak.

“Sssakiittt.”

Wen Qing hendak menolong.

Baru satu langkah dia bergerak, tiba-tiba saja pintu gudang itu terbuka tertatap sangat keras.


“WEI YING!!!!”

Itu Lan Wangji.

Dia berlari kearah Wei Wuxian. Dia segera memeluknya, mendekap tubuh telanjangnya.

Lan Wangji sangat shock. Dia pun ikut menangis.

Suaranya sangat lembut memanggil Wei Wuxian.

“Wei Ying ..”

Wei Wuxian sangat terpukul. Ia menangis sekencang-kencangnya memanggil dan meremas erat tubuh Lan Wangji.

“Lan Zhan aku— Akk—akuu— Maafin aku.”

“Sssstttt .. Udah. Jangan ngomong lagi.”

Lan Wangji menoleh kearah Wen Qing. Sedangkan Wen Qing sudah tidak bisa lagi berkata-kata. Dia tetap diam di tempatnya.

“Maaf.”

Itulah yang di dengar oleh Lan Wangji.

Sedangkan Wen Rouhan, dia buru-buru keluar dari ruangan itu tanpa diketahui siapapun.

“Maaf, huh? MAAF???”

Lan Wangji berdiri. Berjalan mendekati Wen Qing. Menatap Wen Qing dengan penuh amarah murka.

“Plaaaaaaakkk!!”

Lan Wangji menamparnya.

“Plaaaaaaakk!!”

Sekali lagi menamparnya.

Lan Wangji teramat sangat kehilangan kendalinya.

Tangannya sudah berada pada leher Wen Qing dan hendak membunuhnya.

“Lan Zhan jangan! Tolong, jangan.”

Itu Wei Wuxian.

Kalimat itu membuat Lan Wangji sedikit melonggarkan genggamannya.

“Lan Er Gege, jangan sakitin Wen Qing. Dia perempuan.”

Hah? Perempuan macam apa dia?

Itulah yang ada di pikiran Lan Wangji saat ini.

“Lan Er Gege, peluk aku. Bawa aku pergi dari sini. Aku.. Akkuuh..”

Suaranya hilang. Kesadarannya melemah. Wei Wuxian jatuh pingsan di hadapan keduanya.


Rasa hangat menyelimuti tubuhnya. Aroma sandalwood Lan Wangji menguar di dekatnya. Perlahan-lahan Wei Wuxian membuka matanya.

Rasa sakit di seluruh tubuhnya masih saja bisa dia rasa. Sakit itu membuatnya ingat kembali akan peristiwa tragis yang bebarapa hari lalu ia alami.

Ia mulai takut dan menangis.

“Wei Ying..”

Suara lembut suaminya, Lan Wangji sedikit mengagetkannya.

Lan Wangji mencoba menyentuh pipi Wei Wuxian. Tapi seketika Wei Wuxian menepisnya.

“Jangan!! Jangan sentuh aku!”

Dia masih terisak menangis di hadapan Lan Wangji.

“Wei Ying, kenapa? Aku Lan Wangji. Aku rindu. Aku rindu Wei Ying.”

Lan Wangji dengan lembut mengatakan itu.

“Jangan sentuh aku. Lan Er Gege, akuu ..”

“Wei Ying..”

“Er gege, aku kotor! Maafin aku, aku ngga bisa jaga diri aku.”

“Sssstttt .. Bukan salah Wei Ying. Wei Ying masih kesayangan Lan Wangji. Wei Ying ngga pernah kotor. Wei Ying hebat. Wei Ying udah berjuang dan bertahan sampai sekarang.”

Kalimat dan pujian-pujian itu semakin mengiris hatinya.

Dia tiba-tiba ingat. Akan satu hal yang paling berharga di hidupnya.

“Bayi? Bayi kita?? Er gege ..??”

“Wei Ying, bayi kita aman. Meskipun dia sedikit lemah di perut Wei Ying saat ini, tapi aku yakin anak kita sama kuatnya seperti Wei Ying.”

Sungguh.

Lan Wangji adalah segalanya bagi Wei Wuxian. Segala pemikiran akan dirinya di tinggalkan oleh Lan Wangji tidak terjadi dan tidak akan pernah terjadi.

“Wei Ying, Aku cinta kamu. Selama-lamanya. Dalam keadaan apapun, ada atau ngga ada seorang anak, Lan Wangji ini akan selalu cinta sama Wei Ying.”

Lalu Lan Wangji mencium kening Wei Wuxian. Memeluknya dengan penuh kasih dan sayang.

“Gege, Wen Qing..??”

“Ngga usah di pikirin. Wen Qing sama sepupunya itu uda jauh pergi dari kehidupan kita.”

“Huh?”

Wei Wuxian tidak mengerti.

“Lan Er Geg—Mmmmpphh..”

Lan Wangi membungkamnya.

Untuk beberapa bulan kedepan, sepertinya mereka tidak akan melakukan apapun. Lan Wangji harus menahannya sampai anak mereka lahir.

FIN.