The blue ocean; Afterlife. II


Saat ini — Bahagia dan Gelisah.

Weiying. Oh sungguh nama yang indah. Indah untuk di ucapkan dan manis ketika di dengar.

Siren Weiying? Ataukah, Pangeran Laut Weiying?

Ah sudahlah. Weiying terlihat begitu malu mengingat nama barunya itu.

Sungguh nama yang indah. Apalagi, sang penciptanya juga adalah sosok yang begitu tampan dan rupawan.

Mulai saat ini, panggil dia Weiying.

Begitulah, rasa bahagia yang datang dari sebuah nama.

Semenjak hari itu. Weiying tak lagi berkeinginan untuk naik ke permukaan. Dan lagi, Lan Wangji pun belum terdengar sedang memanggilnya. Tidak ada dentuman lagu atau suara yang dirasa sedang memanggilnya.

Di dasar lautan terdalam itu. Tengah menari-nari dua sosok laki-laki. Bercerita dan berbagi suara. Jika yang satu adalah Weiying, maka satunya lagi adalah Xie Lian.

Menampakkan sosok hangat Xie Lian di dasar lautan. Ekor putih panjangnya begitu indah bersinar. Terdapat beberapa gantung mutiara dan kerang diatas gerai hitam rambutnya.

Xie Lian, sosok indah dan menawan. Sosok lembut dan hangat, yang mampu menenangkan lautan.

Bagaimana makluk laut itu bersuara? Bisakah mereka berbicara layaknya manusia?

Tentu saja. Para makhluk laut itu dapat berbicara layaknya manusia. Bahkan, mereka mampu merasakan keberadaan satu sama lainnya meskipun dalam jarak yang cukup jauh ratusan mil.

Sungguh makluk yang luar biasa.

Tubuh yang tak biasa, paras yang cantik jelita layaknya seorang dewa, dan suara yang merdu mengalahkan intrument terbaik di dunia.

Iya, itulah mereka.

Hari ini, tidakkah Weiying terlihat tak biasa?

Wajahnya begitu bersinar. Tak henti-hentinya ia berenang kesana kemari, menaburkan ratusan mutiara laut, beberapa kali merapikan rambutnya dan mengganti hiasan kerang yang ada di rambut hitamnya dengan uraian mutiara.

“Kau baik-baik saja? Tidakkah semua yang kau lakukan ini berlebihan?”

Suara hangat Xie Lian membuatnya diam seketika.

Tidak ada jawaban, atau lebih tepatnya Weiying tidak tahu harus berkata apa.

Xie Lian masih saja menatapnya. Seakan meminta dirinya untuk segera memberikan jawaban akan rasa penasarannya.

“Seseorang memberiku nama. Dia juga akan membuatkan aku sebuah lagu. Dia sangat tampan.”

Oh, sepertinya Xie Lian mengerti.

“Kau jatuh cinta?”

“Aku rasa begitu.”

“Katakan padaku, siapa dia? Apakah ekornya indah? Apakah rambutnya lebih panjang darimu? Warna apa ekornya?”

Pertanyaan itu, pertanyaan macam apa? Apa yang harus Weiying jawab?

Xie Lian menunggu jawaban itu.

“Katakan padaku, ayo.”

“Dia tidak punya ekor, rambutnya tak sepanjang milik kita. Dan ..”

“Dan? Lanjutkan.”

“Dan dia, manusia.”

“MANUSIA?”

“Ya, dia manusia.”

Xie Lian begitu kaget saat mendengar kata ‘manusia’. Dia tahu, atau lebih tepatnya, semua penghuni lautan ini tahu bahwa manusia dan makluk laut tidak akan pernah bisa bersatu.

Jika kedua makluk berbeda dunia itu bertemu untuk saling menghancurkan, maka itu bisa saja terjadi. Tapi jika mereka bertemu untuk saling mengasihi, itu sangatlah mustahil.

Dua alam berbeda hanya bisa bahagia bila mereka berada dalam satu dunia yang sama.

Jika manusia dengan manusia maka disini, di laut ini, adalah makluk laut dengan makluk laut lainnya.

Atau mungkin seperti Xie Lian dan Hua Cheng. Keduanya adalah makluk laut yang saling mencintai untuk waktu yang lama.

Terlebih lagi, antara manusia dan makluk laut memang mempunyai takdir yang berbeda, selain itu jarak usia mereka pun tak sama.

Jika makluk laut seperti mereka dapat hidup hingga ribuan tahun, maka sebaliknya. Manusia tidak akan mencapai batas tersebut.

Yang mana artinya hubungan beda dunia itu sungguh telah di tentang oleh semesta.

Xie Lian mencoba sedikit menjelaskan.

“Kau tahu, jatuh cinta pada manusia itu di larang. Ini tidak benar.”

Weiying menjawab dengan sedikit gemetar,

“Aku tahu itu. Tapi hatiku, aku sudah jatuh cinta. Dan aku rasa dia juga merasakan hal yang sama.”

“Apa yang telah kalian lakukan? Bagaimana bisa kau seyakin itu?”

“Aku sangat yakin dia mencintaiku. Dia rela menenggelamkan dirinya sendiri hanya untuk melihatku.”

“Benarkah? Hanya itu? Bagaimana kalau itu hanya percobaan bunuh diri seperti yang manusia lakukan pada umumnya?”

“Xie Lian, aku percaya padanya.”

Entahlah. Xie Lian seperti tak bisa berkata-kata. Lidahnya seperti menekan beban yang sangat berat, apapun itu tak lagi sanggup ia katakan.

Hingga pada akhirnya, Xie Lian menyerah.

“Nama apa yang dia berikan padamu? Dan untuk apa lagu itu?”

“Weiying. Dia memberiku nama Weiying. Dan aku menyuruhnya untuk bernyanyi jika dia ingin bertemu denganku. Maka dari itulah dia membuatkan aku sebuah lagu. Lagu itu hanya kita berdua yang tahu. Dan ya, nama manusia itu adalah Lan Wangji. Sungguh nama yang indah.”

Weiying, tak bisa berhenti jika itu menyangkut Lan Wangji.

Seperti kepribadiannya yang hangat. Xie Lian hanya bisa tersenyum dan berharap dalam hatinya ; “Apapun itu, aku harap manusia tidak akan membuatmu menjadi buih.”

Bagaimana pun juga, dunia yang berbeda tidak akan pernah menyatukan sebuah cinta.

To be continuied..