Wrong Number
written by selle @ greatlwj
Malam itu, Feng Xin datang lebih awal. Meskipun dia tidak mengenal siapa orang yang akan ia temui, tapi entah mengapa, Feng Xin merasa sedikit tidak sabar.
Namanya; Mu Qing. Seseorang yang baru saja ia kenal satu jam yang lalu dari sebuah imes yang salah. Cerita yang tidak sengaja ia baca, rasa sakit dan patah hati yang dia pun pernah merasakannya.
Semua itu membuat Feng Xin tidak bisa melupakan Mu Qing. Keinginan untuk bertemu dan saling bercerita begitu kuat ada dibenaknya.
Disini, di sebuah bangku taman, di bawah lampu disertai semilir angin malam itu, Feng Xin dengan sabar tetap menunggu.
Menunggu kedatangan sosok teman baru yang entah mungkin akan merubah hari-hari dalam hidupnya.
Pada akhirnya, lelaki yang telah ia tunggu itu datang. Berdiri tepat di hadapannya dan kemudian memanggil namanya;
“Feng—Xin??!”
Suara lembut itu membuatnya mengangkat kepalanya. Mengarahkan pandangannya tepat pada sosok manis yang tengah berdiri di hadapannya.
“Feng Xin?! benerkan?”
“Iya bener. Lo—? Mu Qing?”
“Hm! Gue Mu Qing yang tadi salah ngirim imes ke nomor lo hehe.”
Paras Mu Qing yang sebenarnya sangatlah manis dan menawan. Membuat Feng Xin sedikit bingung bagaimana untuk mengalihkan pandangannya.
Sementara Feng Xin terlihat sangat tampan dan mendominasi. Membuat Mu Qing merasa aman dan tenang saat dia bersamanya.
“Jadi gitu.. Kalo gue jadi mantan lo sih, gue bakalan nyesel uda ngehianatin lo. Dan selingkuh itu juga salah satu hal yang paling gue benci.”
Mu Qing mendengarkan kalimat itu. Ia sedikit memandang kearah Feng Xin sambil perlahan mengusap airmatanya.
“Udah, lo jangan sedih ya, Mu Qing. Kita sekarang jadi temen deh, biar ada yang jagain dan ngelindungin elo. Gimana? Mau gak?”
Ajakan secara tiba-tiba itu keluar begitu saja dari bibir tipis Feng Xin. Dan ia pun baru saja menyadari ucapannya.
Ucapan itu terlalu terburu-buru, pikirnya.
Tapi siapa yang sangka, Mu Qing malah menangis mendengar itu.
“G-gue— ssserius? Gue seneng banget lo mau jadi temen gue, Feng Xin.”
“Hah? Lo seneng tapi kenapa nangis, Qing?”
Jujur saja. Selama ini Mu Qing tidak pernah merasa seaman dan senyaman ini. Bahkan saat bersama Pei Ming dulu pun, Mu Qing selalu merasa tidak nyaman.
Ia merasa tersentuh dengan kalimat Feng Xin. Ia merasa tersipu akan ucapan Feng Xin yang berkata akan melindungi dan menjaganya, membuat hatinya bergetar. Rasa sakit di hatinya seakan perlahan menghilang, walau tidak sepenuhnya.
“M-makasih— Feng Xin. Kita baru kenal tapi lo ud—”
“Ssstttttt. Diem! Gue pernah ada di posisi lo. Gue tau rasanya. Jadi ngga ada salahnya kalo sekarang kita saling jaga. Jadi temen gue, ya?”
Kalimat yang akan diucapkan oleh Mu Qing saat itu dihentikan secara tiba-tiba oleh Feng Xin.
Mengangkat satu jari telunjuknya menempel pada bibir Mu Qing. Membuat Mu Qing mau tidak mau hanya bisa diam.
“Kita baru kenal, belum sehari malah. Tapi kenapa lo baik gini? Lo bahkan gak tau gue gimana kan, Feng Xin?”
Itu benar!
Kalimat yang diucapkan oleh Mu Qing memang benar. Mereka baru saja bertemu. Jika hanya sebuah cerita cinta sepertinya tidak masalah, tapi jika harus seperti ini, apakah tidak terlalu terburu-buru?
Itulah yang saat ini ada di pikiran Mu Qing.
Tapi Feng Xin, dia serius. Dia tidak sedang bermain kata atau semacamnya.
“Kita emang baru kenal, tapi lo bisa menilai gue nanti, kita bisa temenan dulu kan? lagian ngelindungin seseorang tuh gak harus temenan lama dulu kan? Kita bisa ngelindungin siapapun yang kita mau tanpa harus mengenal orang itu. Yang penting, melindungi, ngejaga. Oke?”
Ah sungguh!
Kalimat itu benar-benar membuat Mu Qing merasa aman. Dia seperti bertemu dengan orang yang tepat. Rasanya ingin sekali Mu Qing memeluk Feng Xin, tapi sepertinya rasa malunya begitu besar saat ini. Dia hanya bisa diam tanpa kata dan berkaca-kaca.
“Hey, Mu Qing? Lo nangis? Eh jangan nangis lagi dong elah. Dah sini gue peluk, mau gak?”
Feng Xin mencoba mendekat. Mengulurkan kedua lengannya isyaratkan Mu Qing untuk datang kepelukannya.
Tetap saja, Mu Qing masih merasa canggung dan ragu untuk memeluk orang asing di depannya.
Tapi tidak untuk Feng Xin.
Melihat Mu Qing yang begitu sendu dan mengabaikan isyarat pelukannya, Feng Xin tahu bahwa Mu Qing masih ragu.
Feng Xin pun berinisiative untuk meraihnya dan memeluknya lebih dulu.
DEG!!
Feng Xin memeluknya! Feng Xin mendekap erat tubuhnya! Feng Xin mengelus pelan punggungnya! Bahkan, Feng Xin juga mengusap lembut kepalanya!
Ah gila!
Mu Qing gila, dia sangat malu sampai dia tidak bisa melepaskan dekapan itu.
Ia biarkan Feng Xin bertaut dengan waktu, memeluknya hingga Feng Xin sendirilah yang melepaskan dekapan itu.
“Udah gue peluk! Sekarang gue anter lo pulang, oke? Uda malem.”
Mu Qing tidak bisa menjawab. Dia hanya menganggukan kepalanya sekali sebagai tanda;
“Oke, lebih baik pulang!”
FIN