YEARNING LAN WANGJI.


Note : Di tulis dalam POV Lan Wangji.


Aku merindukanmu. Akankah kisah kita berlanjut seperti harapku?

Aku ingin bertemu, ingin mendekap memeluk hangat tubuhmu. Akankah semesta mengizinkan diriku menatap kembali surai wajahmu?


Aku telah terbiasa berjalan disampingmu.

Aku telah terbiasa menatap senyum kecilmu.

Aku rindu saat aku harus terpaksa menyembunyikan wajah maluku saat menatap indah wajahmu.


Weiying, Weiying-ku.

Segalanya bagiku, cintaku.

Weiying, Weiying-ku.

Cinta kasihku, pujaan hatiku.


Aku rindu, teramat sangat rindu akan semua kenangan itu. Dimana saat kau tertidur diatas tubuhku, dimana saat kau mabuk di hadapanku, dimana saat kau melanggar semua peraturan keluargaku.

Kegilaanmu, tingkah manjamu, segala hal tentang dirimu, aku suka dan aku rindu.

Tiada sehari pun kau lepas dari pikiranku. Dimana kamu?


Kau tahu? Aku seperti terombang-ombing oleh masa lalu. Segala tentangmu, aku tak bisa lupa. Padahal, aku ingin sekali melupakannya.

Bukan karena aku tak cinta. Tapi ini sakit. Terlalu sakit untukku saat kau pergi tinggalkan aku.

Tanpa kata, tanpa pamit. Kau pergi begitu saja meninggalkan setiap inci kenangan masalalu kita.

Tidakkah kamu rindu? Rindu padaku, rindu pada kedua kelinci pemberianmu? Rindu anak kecil itu, A-yuan.

Tidakkah sedikitpun kamu ingin bertemu?

Ah tidak.

Sepertinya itu hanya aku. Hanya aku yang semesta takdirkan untuk merindu.

Sungguh, Weiying. Bagaimana aku harus mencarimu?

Bagaimana aku harus memanggil namamu agar kau datang ke hadapanku?


Jika kau ingin tinggalkan dunia ini, bawalah aku bersamamu.

Jika kau ingin tinggalkan semestamu, bawalah aku untuk menjagamu selalu.

Weiying, dimana pun kau berada. Kemana pun kau ingin pergi dan sembunyi, Aku mohon, lakukan itu bersamaku. Bawa aku.

Sekalipun itu adalah kematianmu, bawalah aku bersamamu.


Weiying, apakah kau tahu rasanya kesepian?

Apakah kau tahu bagaimana aku harus bertahan?

Apakah kau tahu sesakit apa perihnya 33 cambukan?

Aku seperti kehilangan akal sehatku, yang selalu ada di pikiranku hanya kamu.

Berapa kali pun aku menyakiti diriku, tetap saja lebih sakit saat kehilanganmu.

Sekalipun aku tertidur menutup mataku, tetap saja kau akan hadir dalam mimpiku.

Bolehkah aku mati saja. Berharap bertemu denganmu di alam baka.


Terkadang akupun ragu. Semesta seperti menelanmu.

Tak ada tanda kematian akan dirimu. Tak ada tanda hilangnya dirimu. Apakah kau sengaja bersembunyi rapat menjauh dari pahitnya dunia?

Weiying, katakan padaku. Bagaimana aku harus bertahan? Bagaimana aku harus menjalani hidupku tanpamu?

Akankah aku sanggup hidup tanpamu?

Atau perlukah aku sekali lagi mengakhiri hidupku?

Menggores kaca di nadiku? Meneguk segenggam pil tidur dengan air segelas penuh? Menggantung diriku pada ambang pintu? Menusukkan pedang ke jantungku? Atau mungkin, melompat dari tingginya tebing tanpa membuka mataku?

Yang mana, Weiying? Katakan padaku harus bagaimana aku mengakhiri hidupku?

Aku hanya ingin bertemu denganmu.


Ada satu cara terakhir untuk aku mengakhiri semua rasa sakit ini. Tapi aku takut itu juga takkan berhasil.

Tapi tetap akan aku lakukan.

Aku akan mencoba bertanya pada bulan dan bintang. Akan aku tanyakan apakah kau akan kembali ataukah tidak.

Jika bulan dan bintang tak menjawabnya, maka aku tahu kau benar-benar telah musnah.

Dan aku, tak ada lagi tempat untukku menunggu. Tak ada lagi celah untukku bertahan.

Maka biarkan deburan ombak membawaku hilang. Hilang seperti dirimu dan berdua kita tak lagi ada di gelapnya dunia.


Kita akan menghilang bersama. Biarkan sisa-sisa nafasku mencarimu di penghujung surga.

Biarkan semuanya sirna tanpa menyisakan apapun di dunia.

Weiying, cintaku. Tolong, tunggu aku.

FIN.